Monday, March 16, 2009

Pentas Ronggeng di Kebun Teh Kaligua

Posted June 25, 2008 by satria91
Categories: Potensi Wisata di Bumiayu
Pentas Ronggeng di Kebun Teh Kaligua Brebes,Digelar Setiap Tahun sejak 1901

”RICIK krumicik grimise wis teka, sedhela maning bapake wis teka, inyong kaget aduh rika mbekta napa, bungkusan petak iku isine apa”.

Lagu ricik-ricik Banyumasan itu terdengar merdu memecahkan hawa dingin di kompleks Pabrik Teh Kaligua, Desa Pandansari, Kecamatan Paguyangan, Brebes. Seiring nyanyian itu, muncul tiga penari Ronggeng sebagai pertanda dimulainya acara. Sementara, ratusan pekerja perkebunan teh di barat kaki Gunung Slamet, yang semula terdiam mendadak bangkit.

Pandangan mereka langsung tertuju kepada para penari. Sejurus kemudian, tiga penari dari grup Langen Budaya, Jatilawang, Banyumas itu beraksi. Gerak tari mereka begitu lincah, diiringi alat musik gamelan khas Banyumasan. Hama dingin yang terasa hingga tulang bagai hilang seketika.

Suasana semakin hangat ketika beberapa penonton berebut memberi saweran agar bisa menari bersama. Pergelaran kesenian Ronggeng di Pabrik Teh Kaligua itu sudah menjadi tradisi sejak ratusan tahun lalu. Ia digelar di setiap peringatan berdirinya Teh Hitam Kebun Kaligua pada 1 Juni, seperti yang dilaksanakan, Minggu (1/6) lalu.

Bagi para pekerja perkebunan teh, kesenian itu ternyata memiliki arti spriritual tersendiri. Tarian itu mampu membangkitkan semangat kebersamaan dan sekaligus untuk memohon keselamatan. Mereka percaya, bila kesenian tersebut tidak digelar, akan terjadi petaka di pabrik.

Yang unik, pergelaran Ronggeng harus dilaksanakan di dalam pabrik dan grup penari harus berasal dari Jatilawang, Banyumas. Bila tidak, maka sesuatu masalah bisa terjadi dan akan merugikan pekerja.

”Kesenian ini bagi kami wajib digelar setiap tahun. Seluruh pekerja di sini percaya, tarian Ronggeng akan membawa berkah dan membangkitkan semangat bekerja,” ungkap Karyoto (45), salah satu mandor.

Hilangkan Capai
Dia menuturkan, suatu ketika acara itu digelar dengan penari bukan dari Jatilawang dan dilaksanakan di luar pabrik. Akibatnya, mesin pabrik mendadak rusak dan tidak bisa berproduksi.

Tradisi Ronggeng mulai muncul di Perkebunan Teh Kaligua sekitar tahun 1901. Itu untuk menghibur pekerja yang menggotong mesin ketel uap. Mesin tersebut dibawa ke pabrik dengan berjalan kaki menempuh jarak 15 kilometer dalam waktu 20 hari. Selama perjalanan, pekerja diikuti satu grup Ronggeng.
Setiap kali istirahat, mereka menghibur para penggotong mesin agar rasa capainya hilang.

”Berawal dari itulah tari Ronggeng kami adakan setiap tahun,” terang Administratur PT Perkebunan Nusantara IX Kebun Teh Kaligua, Tri Hartono BSc.
Di luar itu, lanjut dia, kesenian tersebut diyakini pekerja memiliki nilai spiritual. Jika tak dilaksanakan, pekerja merasa khawatir dan tidak nyaman dalam bertugas. Selain itu, kegiatan tersebut juga untuk menjaga kelestarian budaya tradisional.Cyber
Comments: Be the first to comment
http://satria91.wordpress.com/

No comments:

Post a Comment