Menu Horizontal

Thursday, March 19, 2009

Baringkan Angan Dihamparan Teh Kaligua

MEMBUNUH kecamuk dalam hati. Terbanglah di atas kabut berhawa peri. Kau pasti bisa. Karena cara ini bukan langkah misteri. Kau pasti suka. Karena cara ini hanya membutuhkan secuil nyali. Kau pasti suka lantaran hanya sedikit biaya, kau menemukan wajah Asli Indonesia. Tak sekedar berimajinasi. Tak hanya mimpi menjadi presenter Jejak Petualang di televisi. Yuk... aku ajak mendaki tanpa tali. Mo dengan motor, mobil pikup atau mobil pribadi. Asal jangan mobil plat merah ya.... Menjelajahi Perkebunan teh Kaligua, di Desa Pandansari, Paguyangan Kabupaten Brebes.
MENIKMATI keindahan panorama sepanjang perjalanan menuju wisata Agro Kebun teh Kaligua, sebaiknya pada pagi hari. Jalan utama jalur Tegal - Purwokerto ada pertigaan Kretek, sekitar 3 Km dari Kota Bumiayu. Dari pertigaan Kretek menuju lokasi sekitar 15 Km. Awal melintasi jalan agak menanjak dari pertigaan Kretek, memang udaranya masih terasa normal. Tapi setelah menempuh sekitar 5 kilomater akan terasa perubahan hawa. Perasaan dingin mulai mengelus kulit. Semakin menanjak, dari sekian kali melalui jalan berkelok, kabut tebal semakin mengurung sekitar pandangan. tapi ketika pagi hari cerah, justru bagai menatap diorama yang terhampar di dasar pembaringan. Ketika dingin kian mendekap, tebing di sebelah kanan, jurang di sebelah kiri. Jalan menanjak dan belokan patah. Pohon pinus menebarkan aroma minyak cat. Semakin naik di ketinggian. tampak panorama Brebes Selatan indah menawarkan fantasi. Dari salahs atu sudut belokan akan tampak hamparan biru Waduk Penjalin di kejauhan. Pasti akan berfanatsi, andai ada layang-layang besar, aku mengantung sambil melayang mengurai kesumpekan. Perkebunan sayur, kol, labu siyam terhampar di kanan kiri jalan. Permadani hijau yang senantiasa perawan. Hanya para petani yang terpekur khusuk merawatnya dari hama dan belalang. Di kanan kiri jalan tumpukan sayur dalam karung bagai gapura agraria.

Konon perkebunan ini didirikan tahun 1899 oleh Cultuur Onderneming di Negeri Belanda. Untuk perwakilan di Indonesia ditunjuk Fan John Pletnu & Co yang berkedudukan di Jakarta. Salah seorang pengusaha bernama De Jong, kemudian ditunjuk untuk mengelola perkebunan teh dan pada tahun 1942 diambil alih oleh penjajah Jepang. Maka tak ayal, jika di lokasi perkebunan teh yang mencapai luas 607,25 Ha itu terdapat gua Jepang, tepatnya di Blok Sirah I yang berjarak satu kilometer dari Kantor Pusat Kebun Kaligua. Pasca kemerdekaan, pada 1958 perkebunan teh ini kemudian dikelola oleh Kodam VII/Diponegoro (kini Kodam IV) bekerja sama dengan PT Sidorejo, Brebes. Produknya 90% untuk ekspor dan 10% untuk lokal. Secara singkat, dalam perkembangan berikutnya, pada tahun 1996 melalui restrukturisasi perkebunan negara pengelolaan kebun teh diserahkan kepada PTP Nusantara IX. Di lokasi perkebunan juga terdapat makam-makam orang-orang yang membuka lokasi kebun antara lain Van Dee Jong, Mbah Joko, Aki Soka, dan Aki Waslim. Selain itu, terdapat mata air yang keluar dari terowongan gua yang disebut Tuk Bening. Konon menurut cerita, sumber air ini menjadi cikal bakal nama Kaligua. Dipercayai sebagian penduduk setempat, air berasal dari mata air Kaligua dapat menjadikan pemakaianya awet muda. (Emang bening banget, segar, sejuk, meresap di pori sampai ke tulang) bisa untuk terapi kalau lagi pen ing akibat stress. Nah semakin sering stress tersembuhkan, berarti mengurangi risiko mati mendadak dong...) mungkin itu logikaku...


Salah satu produk dari perkebuna teh tersebut adalah Teh Hitam, begitu sebutan produk pabrik teh milik PT Perkebunan Nusantara IX (Persero) yang terletak di lereng Gunung Slamet, tepatnya di Dusun Kaligua Desa Pandansari Kecamatan Paguyangan, Brebes. Bila anda ingin melepas lelah, menghirup udara segar atau sekedar jalan-jalan bersama keluaarga barangkali perkebunan teh Kaligua adalah pilihannya. Pabrik teh Kaligua yang berada di ketinggian 1.500 meter di atas permukaan laut dan di sana anda akan dapat harumnya teh tunggu apalagi. Kini telah tersedia Vila di sekitar lokasi pabrik teh. Aku paling suka memandang Vila Amarilis. Apalagi menempati barang semalam. Pasti bergumul dengan dingin dan gigil sepanjang malam. Selimuuutannnn dong.

Ultah Nanggap Ronggeng

Perkebunan teh Kaligua berdiri tahun 1879, pada tahun 1901 mengusung mesin yang pertama kali berupa ketel uap. Ditempuh dengan jalan kaki selama 20 hari dengan jarak 15 kilometer, diikuti oleh group ronggeng dengan gamelan yang dimaksudkan untuk menghibur pada pekerja yang kecapaian, hari Minggu 1 Juni 2008 kemarin / lalu merupakan hari ulang tahun yang ke 37 pabrik pengolahan teh hitam. Untuk mengakui kerjasama tersebut secara monumental, setiap ulang tahun pabrik teh Kaligua selalu melengkapi dengan acara nanggap ronggeng yang didatangkan dari Jati Lawang Kabupaten Banyumas (Itu loh daerahnya Budayawan penulis Novel terkenal Ronggeng Dukuh Paruk, Ahmad Tohari) hal tersebut untuk mengingatkan kebersamaan. Demikian dikatakan Administratur PT Perkebunan Nusantara IX Kebun Teh Kaligua Tri Hartono, BSc dalam wawancara dengan para wartawan hari minggu 1 Juni 2006 lalu.


Lebih lanjut Tri Hartono, BSc mengatakan sebagai kawasan perkebunan yang terletak di Desa Pandansari Kecamatan Paguyangan Kabupaten Brebes Propionsi Jawa Tengah, juga memiliki obyek wisata berupa panorama alam yang indah, sejuk, segar antara lain berupa situs pertapaan Gua Angin Barat, Petilasan Nyi Ronggeng, Mata Air Tuk Bening, Gardu Pandana, Puncak Sakup (Igir Sakub) yang berlokasi di ketinggian 2050 meter dari permukaan air laut serta gua Jepang, makam Van De Jong, disamping pohon teh ajaib.


Sementara bagian operasional wisata agro Kebun Teh Kaligua Marjono menambahkan bahwa telah tersedia fasilitas untuk Out Bond Game, camping rombongan, sewa kendaraan keliling kebundan sewa gedung pertemuan, lapangan tenis serta 5 wisma penginapan untuk para pengunjung (berbagai sumber).

http://atisaduso.blogspot.com/2008/10/membaringkan-angan-di-atas-kebun-teh.html

No comments:

Post a Comment