Thursday, March 19, 2009

Baringkan Angan Dihamparan Teh Kaligua

MEMBUNUH kecamuk dalam hati. Terbanglah di atas kabut berhawa peri. Kau pasti bisa. Karena cara ini bukan langkah misteri. Kau pasti suka. Karena cara ini hanya membutuhkan secuil nyali. Kau pasti suka lantaran hanya sedikit biaya, kau menemukan wajah Asli Indonesia. Tak sekedar berimajinasi. Tak hanya mimpi menjadi presenter Jejak Petualang di televisi. Yuk... aku ajak mendaki tanpa tali. Mo dengan motor, mobil pikup atau mobil pribadi. Asal jangan mobil plat merah ya.... Menjelajahi Perkebunan teh Kaligua, di Desa Pandansari, Paguyangan Kabupaten Brebes.
MENIKMATI keindahan panorama sepanjang perjalanan menuju wisata Agro Kebun teh Kaligua, sebaiknya pada pagi hari. Jalan utama jalur Tegal - Purwokerto ada pertigaan Kretek, sekitar 3 Km dari Kota Bumiayu. Dari pertigaan Kretek menuju lokasi sekitar 15 Km. Awal melintasi jalan agak menanjak dari pertigaan Kretek, memang udaranya masih terasa normal. Tapi setelah menempuh sekitar 5 kilomater akan terasa perubahan hawa. Perasaan dingin mulai mengelus kulit. Semakin menanjak, dari sekian kali melalui jalan berkelok, kabut tebal semakin mengurung sekitar pandangan. tapi ketika pagi hari cerah, justru bagai menatap diorama yang terhampar di dasar pembaringan. Ketika dingin kian mendekap, tebing di sebelah kanan, jurang di sebelah kiri. Jalan menanjak dan belokan patah. Pohon pinus menebarkan aroma minyak cat. Semakin naik di ketinggian. tampak panorama Brebes Selatan indah menawarkan fantasi. Dari salahs atu sudut belokan akan tampak hamparan biru Waduk Penjalin di kejauhan. Pasti akan berfanatsi, andai ada layang-layang besar, aku mengantung sambil melayang mengurai kesumpekan. Perkebunan sayur, kol, labu siyam terhampar di kanan kiri jalan. Permadani hijau yang senantiasa perawan. Hanya para petani yang terpekur khusuk merawatnya dari hama dan belalang. Di kanan kiri jalan tumpukan sayur dalam karung bagai gapura agraria.

Konon perkebunan ini didirikan tahun 1899 oleh Cultuur Onderneming di Negeri Belanda. Untuk perwakilan di Indonesia ditunjuk Fan John Pletnu & Co yang berkedudukan di Jakarta. Salah seorang pengusaha bernama De Jong, kemudian ditunjuk untuk mengelola perkebunan teh dan pada tahun 1942 diambil alih oleh penjajah Jepang. Maka tak ayal, jika di lokasi perkebunan teh yang mencapai luas 607,25 Ha itu terdapat gua Jepang, tepatnya di Blok Sirah I yang berjarak satu kilometer dari Kantor Pusat Kebun Kaligua. Pasca kemerdekaan, pada 1958 perkebunan teh ini kemudian dikelola oleh Kodam VII/Diponegoro (kini Kodam IV) bekerja sama dengan PT Sidorejo, Brebes. Produknya 90% untuk ekspor dan 10% untuk lokal. Secara singkat, dalam perkembangan berikutnya, pada tahun 1996 melalui restrukturisasi perkebunan negara pengelolaan kebun teh diserahkan kepada PTP Nusantara IX. Di lokasi perkebunan juga terdapat makam-makam orang-orang yang membuka lokasi kebun antara lain Van Dee Jong, Mbah Joko, Aki Soka, dan Aki Waslim. Selain itu, terdapat mata air yang keluar dari terowongan gua yang disebut Tuk Bening. Konon menurut cerita, sumber air ini menjadi cikal bakal nama Kaligua. Dipercayai sebagian penduduk setempat, air berasal dari mata air Kaligua dapat menjadikan pemakaianya awet muda. (Emang bening banget, segar, sejuk, meresap di pori sampai ke tulang) bisa untuk terapi kalau lagi pen ing akibat stress. Nah semakin sering stress tersembuhkan, berarti mengurangi risiko mati mendadak dong...) mungkin itu logikaku...


Salah satu produk dari perkebuna teh tersebut adalah Teh Hitam, begitu sebutan produk pabrik teh milik PT Perkebunan Nusantara IX (Persero) yang terletak di lereng Gunung Slamet, tepatnya di Dusun Kaligua Desa Pandansari Kecamatan Paguyangan, Brebes. Bila anda ingin melepas lelah, menghirup udara segar atau sekedar jalan-jalan bersama keluaarga barangkali perkebunan teh Kaligua adalah pilihannya. Pabrik teh Kaligua yang berada di ketinggian 1.500 meter di atas permukaan laut dan di sana anda akan dapat harumnya teh tunggu apalagi. Kini telah tersedia Vila di sekitar lokasi pabrik teh. Aku paling suka memandang Vila Amarilis. Apalagi menempati barang semalam. Pasti bergumul dengan dingin dan gigil sepanjang malam. Selimuuutannnn dong.

Ultah Nanggap Ronggeng

Perkebunan teh Kaligua berdiri tahun 1879, pada tahun 1901 mengusung mesin yang pertama kali berupa ketel uap. Ditempuh dengan jalan kaki selama 20 hari dengan jarak 15 kilometer, diikuti oleh group ronggeng dengan gamelan yang dimaksudkan untuk menghibur pada pekerja yang kecapaian, hari Minggu 1 Juni 2008 kemarin / lalu merupakan hari ulang tahun yang ke 37 pabrik pengolahan teh hitam. Untuk mengakui kerjasama tersebut secara monumental, setiap ulang tahun pabrik teh Kaligua selalu melengkapi dengan acara nanggap ronggeng yang didatangkan dari Jati Lawang Kabupaten Banyumas (Itu loh daerahnya Budayawan penulis Novel terkenal Ronggeng Dukuh Paruk, Ahmad Tohari) hal tersebut untuk mengingatkan kebersamaan. Demikian dikatakan Administratur PT Perkebunan Nusantara IX Kebun Teh Kaligua Tri Hartono, BSc dalam wawancara dengan para wartawan hari minggu 1 Juni 2006 lalu.


Lebih lanjut Tri Hartono, BSc mengatakan sebagai kawasan perkebunan yang terletak di Desa Pandansari Kecamatan Paguyangan Kabupaten Brebes Propionsi Jawa Tengah, juga memiliki obyek wisata berupa panorama alam yang indah, sejuk, segar antara lain berupa situs pertapaan Gua Angin Barat, Petilasan Nyi Ronggeng, Mata Air Tuk Bening, Gardu Pandana, Puncak Sakup (Igir Sakub) yang berlokasi di ketinggian 2050 meter dari permukaan air laut serta gua Jepang, makam Van De Jong, disamping pohon teh ajaib.


Sementara bagian operasional wisata agro Kebun Teh Kaligua Marjono menambahkan bahwa telah tersedia fasilitas untuk Out Bond Game, camping rombongan, sewa kendaraan keliling kebundan sewa gedung pertemuan, lapangan tenis serta 5 wisma penginapan untuk para pengunjung (berbagai sumber).

http://atisaduso.blogspot.com/2008/10/membaringkan-angan-di-atas-kebun-teh.html

Wednesday, March 18, 2009

Promosi Iklan Teh Kaligua

Tuesday, March 17, 2009

Keadaan Umum Kebun Kaligua

Kebun Kaligua terletak di antara 108,30’ – 109,30’ Bujur timur dan 6,30’-7,30’ Lintang Selatan. Memiliki topografi landai, miring sampai berbukit-bukit, suhu udara minimum 2º C, suhu udara maksimum 31º C, suhu udara rata-rata 18ºC, dengan curah hujan yang cukup tinggi.

Kebun Kaligua merupakan daerah pegunungan dengan ketinggian berkisar 1500 m – 2050 m dpl. Beriklim lembab dengan kelembaban sekitar 70-90%. Jenis tanah andosol yang mudah menyerap air dengan keasaman tanah (PH) normal 4,5-5,5.

Jarak dari Kebun Kaligua ke Beberapa Kota Sekitarnya
1. Kaligua – kota kecamatan Paguyangan 18 km
2. Kaligua – Bumiayu 20 km
3. Kaligua – kab. Brebes 95 km
4. Kaligua – Purwokerto 50 km
5. Kaligua – Semarang 264 km

Sejarah Singkat Kebun Kaligua PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero)

Perkebunan teh Kaligua merupakan warisan pemerintahan kolonial Belanda yang terletak di lereng sebelah barat kaki gunung Slamet, di desa Pandansari, Kec. Paguyangan, Kab. Brebes, Jawa Tengah Pabrik dibangun pada tahun 1889 untuk memproses langsung hasil perkebunan menjadi teh hitam. Kebun ini dikelola oleh warga Belanda bernama Van De Jong dengan nama perusahaan Belanda John Fan & Pletnu yang mewakili NV Culture Onderneming.
Pada saat pembanguan pabrik tahun 1901, para pekerja membawa ketel uap dan mesin pengolahan lainnya dari Paguyangan menuju Kaligua ditempuh dalam waktu 20 hari. Peralatan tersebut dibawa dengan rombongan pekerja yang berjalan kaki naik sepanjang 17 km. Selama proses pengangkutan tersebut, para pekerja pada saat istirahat dihibur oleh kesenian ronggeng Banyumas untuk menghilangkan rasa capai. Sampai sekarang setiap memperingati HUT pabrik Kaligua pada tanggal 1 Juni selalu ditampilkan kesenian tradisional tersebut

Dalam perjalanan sesuai dengan kondisi sosial politik dan ekonomi Indonesia serta adanya gejolak perang dunia ke-2 tahun 1942 sampai diakuinya kedaulatan Republik Indonesia sampai dengan sekarang kebun Kaligua mengalami beberapa pergantian nama dan pengelolaannya, yaitu :

Periode Pengelola
1942-1948
Kebun Kaligua diambil alih oleh Jepang, banyak tanaman teh yang rusak dan diganti dengan aneka tanaman pangan
1951-1957 Dikelola perusahaan swasta dari Tegal, tetapi tidak dirawat karena adanya gangguan keamanan berupa pemberontakan DI/TII
1958-1964 Dikelola KODAM VII Diponegoro bekerja sama dengan PT. Sidorejo Brebes dengan hasilnya 90 % untuk ekspor dan 10% untuk lokal
1964-1968 Dikelola oleh Perusahaan Perkebunan Negara (PPN) aneka tanaman yang berkantor pusat di Semarang
1968-1972 Tanggal 16 April 1968 berubah nama menjadi PPN XVIII
1972-1975 Dengan PP No. 23 tahun 1972 PPN XVIII berubah nama menjadi PTP XVIII (Persero)
1995 Kebun Kaligua digabung dengan kebun Semugih (Kab. Pemalang) dan kantor adminstrasinya berkedudukan di Semugih
1996 Melalui restrukturisasi perkebunan-perkebunan Negara yang tertuang dalam PP No. 14 tahun 1996 tanggal 15 Pebruari 1996, pengelolaan Kebun Semugih Kaligua yang berada di bawah naungan PTP XVIII Persero) dirubah menjadi PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) yang berkantor pusat di Surakarta
1999 sampai sekarang Dengan SK Direksi No. PTPN IX.0/SK/149/1999.SM tanggal 1 Juli 1999 kebun Kaligua dipisah kembali dengan kebun Semugih dan pengelolaannya berdiri sendiri dengan pimpinan seorang Administratur.
Kantor pusat berada di 2 tempat, yaitu
1. Divisi Tanaman Tahunan Jl. Mugas Dalam (Atas) Semarang
2. Divisi Tanaman Semusim Jl. Ronggowarsito No. 164 Surakarta

Monday, March 16, 2009

Free Shoutbox Technology Pioneer

Amirilis Kado Romantis dari Kaligua

Amarilis Kado Romantis dari Kaligua

MENANAM tanaman hias menjadi hobi para ibu-ibu di Desa Pandansari, Kalikidang, Taman dan Kaligua, Labupaten Brebes, Jawa Tengah. Terutama mereka yang tinggal di kanan-kiri jalan menuju obyek wisata agro di sekitar Perkebunan Teh Kaligua Kecamatan Paguyangan Kabupaten Brebes.

“Semula menanam tanaman hias sekedar hobi, kini dijadikan penghasilan tambahan,” kata ibu rumah tangga yang rumahnya berada di sebelah kiri sebelum pos penjagaan pintu gerbang perkebunan Teh Kaligua, Suwi (36) Minggu (14/10).

Menurut Suwi, para pengunjung dari luar daerah sepulang dari Kaligua banyak yang membeli tanaman hias buat oleh-oleh. Di halaman rumahnya banyak terdapat tanaman hias seperti papirus, cemara balon, cemara pinus, lantana, tapak dara dan amarilis. “Pada bulan Oktober ini, amarilis lagi musim berkembang. Banyak para cowok yang membeli amarilis buat ceweknya,” tutur Suwi.

Amarilis termasuk jenis bunga bakung yang sama-sama termasuk suku Amaryllidaceae. Amarilis memiliki mahkota yang cantik dalam warna cerah dan menawan. Dibanding bunga bakung, amarilis bentuknya lebih indah, karena memiliki detail warna terang disertai degradasi warna lain di setiap kelopaknya bagaikan lukisan abstrak. Keelokan amarilis dapat dilihat dari komposisi daun yang berhadapan bagaikan kipas. Sedangkan bunganya berbentuk terompet berbibir enam. Warna bunganya beraneka ragam. Ada amarilis merah darah, merah tua, putih bercorak garis merah, ungu, kuning markonah dan merah muda. Tangkai perbungaannya berongga, muncul dari umbi. Tiap perbungaan terdiri dari 2-6 kuntum yang mekar serentak.

Media tanaman sangat memudahkan bagi penggemar tanaman hias. Karena dapat ditanam di perkarangan maupun di dalam pot bunga. Keuntungan jika ditanam di dalam pot, selagi berbunga bisa dipajang di dalam ruangan. Kini bunga yang berasal dari Amerika Selatan ini banyak dijumpai di pekarangan penduduk Kaligua dan sekitarnya. Pembudidayaan amarilis juga tergolong mudah. Karena bisa dibiakkan melalui biji, umbi anak dan umbi induk.

Penanaman di dalam pot sebaiknya menggunakan media campuran tanah dengan humus dengan perbandingan 3:1. Setelah ditanam hendaknya pot diletakkan di tempat teduh atau di bawah naungan dan jangan sampai kena hujan. Penyiraman dilakukan seperlunya saja. Pemupukan sebaiknya menggunakan pupuk cair yang dapat dikerjakan 2 kali seminggu.

Tanaman yang berasal dari biji akan berbunga setelah 2-3 tahun. Tanaman berasal dari umbi anak dalam jangka satu tahun telah menghasilkan bunga. Sedangkan tanaman yang berasal dari umbi induk dapat berbunga salam waktu dua bulan.

Harga di tempat penjualan bunga, satu potnya berkisar Rp 40.000. Sedangkan para pengunjung wisata Perkebunan Teh Kaligua bisa membeli kepada penduduk setempat cukup dengan uang Rp 20.000 perpotnya (hamidinkrazan)http://atisaduso.blogspot.com/2008/09/amirilis-kado-romantis-dari-kaligua.html

Baca Puisi di Kebun Teh pada Ketinggian 2000 M DPL

DUA Pegawai Negeri Sipil, Begawan Tegalan Lanang Setiawan, dan seorang wartawan, Sabtu (14/3) kemarin bikin sensasi yang unik dengan melakukan pembacaan puisi Tegalan. Empat pembaca masing-masing Kepala Seksi Kemitraan Dishubkominfo, Atmo Tan Sidik, Agus Siswanto, dan seorang wartawan dari harian di Jawa Tengah, Bayu Setiawan. Mereka melakukan hal tersebut dalam rangkaian acara pesta rakyat Kumpul Bareng Warga Kaligua PTPN IX. Acara dipusatkan di Wisata Agro Kebun Teh Kaligua, Desa Pandansari, Kecamatan Paguyangan, Brebes.
Ketika panitia mempersilakan mereka untuk naik panggung membacakan puisi, ketiganya menolak. Mereka bersepakat melakukan aksi pembacaannya bukan di atas pentas melainkan memilih tempat lain. Mereka kemudian diangkut menggunakan mobil, menuju perkebunan teh pada ketinggian 2000 meter di atas permukaan air laut yang dilarbelakangi panorama hijau berbalut halimun. Di tengah perjalanan, budayawan pantura Atmo Tan Sidik meminta mobil berhenti. Kabut putih menderas mengepung kawasan perbukitan. Atmo turun dan melangkah berbaur dengan para pemetik teh yang bercaping. Tak lama, dari mulutnya meluncur bait-bait puisi Nranggèh Katuranggan karya Wakil Walikota Tegal, Dr. Maufur. Mendengar ada orang membaca puisi, para pemetik teh sejenak menghentikan kegiatan.
“Ada apa sih mas? Kok berteriak di kebun teh?” tanya seorang pemetik.
“Baca puisi, syair bu,” bu Yayu, staf dari Dishubkominfo yang turut dalam perjalanan budaya itu menjelaskan. Para pemetik teh baru menyadari. Tapi agaknya rona wajah mereka berseri-seri melihat orang kota bersyair.
Lain lagi yang dilakukan oleh Bayu Setiawan. Dia memilih melakukan pembacaan puisinya bukan di hamparan kebun teh, melainkan di antara derasnya pancuran Tuk Bening. Kami terpaksa mendaki lebih jauh lagi dengan jalan berkelok-kelok namun keindahan obyek wisata Kaligula mengepung. Selepas mata memandang kehijauan dan kabut menutup lembah bagai lautan menghampar.
Tepat di antara pancuran Tuk Bening, Bayu melepaskan sepatu dan menggulung celana panjangnya. Dengan tanpa menggunakan teks, dia kemudian membacakan salah satu puisi Tegalan berjudul Ngertia Maring Enyong. Usai pembacaan mereka, kini giliran Agus Siswanto salah satu PNS dari Staf Dishubkominfo. Kali ini, Agus pun tak mau kalah. Dia memilih tempat pembacaan di pintu gerbang masuk Goa Jepang. Pembacaan Agus lebih heboh lagi, karena selain ditonton oleh karyawan dari PTPN IX Kaligula, puluhan anak pelajar SMKN Tonjong yang tengah santai-santai di gazebo, turut bergabung menyaksikan pembacaan Agus membawakan puisi berjudul Sing Nggo Tuku Sing Langka karya Atmo Tan Sidik. Terakhir adalah Begawan Tegalan Lanang Setiawan membacakan satu puisi di salah satu jembatan.
Meski pembacaan tersebut tak ditonton oleh ratusan pengunjung, namun mereka merasa senang membaca puisi di alam bebas dengan hamparan keindahan kebun teh dan kabut menyelubungi. Semua puisi yang mereka bawakan diambil dari antoloji puisi Ngranggèh Katuranggan.
Atmo Tan Sidik beralasan, kenapa pembacaan puisi mereka tak mau dilakukan di atas pentas, baginya bukan mau cari sensasi namun ingin memburu udara bersih di tengah indahnya puncak perbuktian. “Baca puisi di kebun teh, selain misi bali desa mbangun desa, sekaligus memburu udara bersih,” katanya.
Usai pembacaan, Atmo menghadiahkan buku Ngranggèh Katuranggan kepada Bagian Operasional Agro Wisata, Marjono dan beberapa karyawan setempat serta pihak sponsor yang menyelenggarakan acara pesta rakyat.sumber : begawantegal.blogspot.com

Kebun Teh Kaligua

Posted on April 5, 2008.

GUMPALAN kabut tebal menyelimuti kawasan kebun Teh Kaligua. Suasana di perkebunan yang menjadi kawasan wisata agro di Desa Pandansari, Kecamatan Paguyangan, Brebes itu jadi tampak penuh kemuraman. Lihat saja, walaupun jam sudah menunjukkan pukul 08.00, hari belum terang benar. Matahari terlihat masih malu-malu unjuk diri.
Seperti biasanya, angin begitu sejuk pagi itu. Serombongan perempuan tua dan muda sudah sibuk bekerja di hamparan hijau kebun teh. Serius tapi sesekali ada keriangan ketika mereka memetiki daun teh milik PT (Persero) Perkebunan Nusantara (PTPN) IX Kaligua tersebut. Sementara di jalan desa menuju arah Kretek-Paguyangan, sibuk oleh lalu lalang kendaraan bak terbuka dengan muatan sayuran seperti kubis, kentang dan caysim.
Dengan panorama serupa itu, juga kualitas kesegaran alamnya, tak keliru kalau Perkebunan Teh Kaligua bisa disepadankan dengan pesona alam pengunungan Puncak Bogor. Bahkan sebenarnya, bukan omong besar, loka atau tempat lebih komplet karena memberikan banyak pilihan untuk wisata. Sebab, terdapat beberapa situs wisata menarik yang berada di seputaran Kaligua. Sebut beberapa misalnya Gua Jepang, Tuk Benih, dan Telaga Renjeng. Lebih-lebih lagi, wisatawan yang berkunjung di tempat-tempat itu tak harus dipusingkan oleh ketiadaan fasilitas akomodasi. Sebuah vila milik perkebunan bisa dimanfaatkan oleh pengunjung yang ingin bermalam di situ.
Perlu diketahui, Perkebunan Teh Kaligua berada pada sekitar 900 meter di atas permukaan laut. Lokasinya sekitar 10 kilometer dari arah kota Kecamatan Paguyangan, atau sekitar 15 kilometer dari Bumiayu. Jalannya memang berkelok-kelok, dan naik-turun. Sayangnya, jalan menuju ke desa tersebut relatif kurang bagus, karena separuhnya masih rusak berat.
Tak jauh dari lokasi tersebut, di sekitar Pandansari, terdapat sebuah tempat wisata yang tergolong langka. Yakni, sebuah telaga yang dihuni jutaan ikan lele jinak. Lokasi telaga itu berada di tengah hutan lindung dan masih berada dalam pengawasan Cagar Alam Nasional.
***
YA, berada di lokasi perkebunan sambil menyaksikan aktivitas para pemetik teh yang sangat mirip ”kambing” lapar memangsa dedaunan, itu sungguh pemandangan yang mengasyikkan. Lihat saja, bagaimana tangan mereka begitu cekatan memetiki daun teh. Daun teh itu dipetik bagian pucuknya, kemudian ditaruh di keranjang yang digendong pekerja.
Dengan cara bekerja seperti itu, layak kalau dalam sehari mereka bisa mengumpulkan berkilo-kilo daun teh. Nurhayati (35), pekerja asal Desa Pandansari mengaku, setiap hari mampu memetik 15 hingga 20 kg daun teh. Teh hasil petikan dia selanjutnya disetorkan ke perkebunan. Berapa upahnya? Satu kilogram petikan teh berharga Rp 270.
”Dua tahun saya telah bekerja di perkebunan. Hasilnya? Yah, lumayanlah untuk biaya sekolah anak-anak,” ujarnya.
Administratur PTPN IX Kaligua Agus Hargianto SP mengakui, kawasan perkebunan teh di wilayahnya memang sangat potensial sebagai sarana wisata agro. Wisata seperti itu bakal mampu meningkatkan pendapatan nonmigas. Apalagi ciri wisata alam seperti di Kaligua itu boleh dibilang tak pernah membosankan.
”Semakin lama bukannya semakin membosankan, melainkan bertambah menarik,” ujar Agus mantap.
Kawasan perkebunan teh ini, selain menarik untuk sarana wisata keluarga, juga sangat cocok untuk refreshing bagi orang kota yang setiap hari disibukkan oleh rutinitas kerja. Untuk melayani wisatawan, pihak perkebunan menyediakan fasilitas home stay (penginapan) yang cukup representatif. Kata Agus, ada 18 kamar yang bisa disewa di wisma Dahlia, Anggrek dan Kenanga.
”Kalau mau, pengunjung juga bisa memesan layanan teh dan katering ke pihak perkebunan,” ujar petugas yang berjaga di salah satu wisma.
Keelokan panorama Pandansari itu bukan semata bualan. Seorang guru SMA dari Kota Amrhesp di Amerika Serikat yang bernama Prof Vivian, pernah memuji keelokan panorama Pandansari. Ketika itu, dia datang diantar Kasubdin SMP/SMA Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Brebes, Dr H Munthoha Nasucha. Begitu sampai di lokasi, berkali-kali, Vivian berkata, ”Beatiful, Beatiful Pandansari….”
Sayang sekali, meskipun lokasi perkebunan dan tawaran wisata di sekitarnya memiliki potensi luar biasa, Pemkab tampaknya belum memberikan perhatian serius terhadap wisata agro ini. Mau bukti? Lihat saja jalan menuju ke Pandansari. Rusak dan susah dilalui. Dan itu sudah bertahun-tahun begitu seolah-olah memang dibiarkan rusak.
Tahun 2006 lalu, Pemkab menyediakan dana Rp 1,7 miliar untuk perbaikan jalan. Namun sayang, pemborong yang telah diberi tanggung jawab tak bisa merampungkannya. Makanya tahun ini pun disediakan lagi anggaran untuk melanjutkan perbaikan jalan itu.
Dalam hal wisata, Pemkab pun telah melakukan beberapa upaya untuk keperluan. Misalnya, untuk memasarkan wisata agro Pandansari, Pemkab bekerja sama dengan biro perjalanan, dan Pemprov.
”Kami sudah melakukan banyak hal untuk pengembangan wisata di tempat itu,” ujar Kepala Kantor Pariwisata Kabupaten Brebes, Suprapto SH.
Namun Suprapto juga mengakui, hal tersebut belum dibantu dari sisi infrastruktur jalan yang memadai ke arah objek wisata itu. Walau demikian, pihaknya tak capai-capai mengenalkan objek tersebut ke masyarakat luas. Salah satunya dengan menyelenggarakan pemilihan Si Nok Si Tong di lokasi perkebunan teh tersebut.
(Wahidin Soedja/73)
Sumber:suaramerdeka.com

WISATA AGRO KALIGUA

Tempat ini sangat asyik untuk dikunjungi,apa lagi buat refreshing. Bagi orang yang mau menginap, di sana ada tempat penginapan dan juga kafe.Di kafe kita bisa memesan minuman spesial yaitu jus strawberry.
Ada juga kebun strawberry dan pekarangan bunga. Bunganya juga beraneka ragam. Kalau kita masuk pekarangan bunga baunya harum sekali, apa lagi kalau saat mekar.
Di sana juga terdapat tempat wisata, di antaranya adalah Telaga Renjang/Lele, Tuk Bening, Pancuran Pitu, dan Goa Jepang. Ada juga Puncak Sakup, Puncak Asoka, dan Puncak Ambar.
Telaga Renjeng/Lele, pengunjungnya kebanyakan hanya saat lebaran saja, kalau saat hari-hari biasa ditutup. Di Telaga Renceng ini banyak lelenya dan ada pula ikan masnya, ikannya besar-besar lho…!!! Tapi tidak boleh ditangkap atau dibawa pulang, soalnya ini telaga keramat. Kata penduduk sekitar, kalau kita mengambil ikan di telaga itu maka kita akan mendapat bencana, yaitu rumah kita akan hancur. Konon kabarnya, di dalam telaga sampai sekarang masih ada istana hantu hi…!!! Seram deh.
Di Tuk Bening airnya sangat segar sekali lho. Di situ ada tempat untuk santai. Di Tuk Bening ini banyak pengunjungnya, banyak yang mengambil airnya untuk minum atau untuk mandi.
Tidak jauh dari Tuk Bening terdapat Pancuran Pitu. Hanya berjalan beberapa menit saja dari Tuk bening. Di Pancuran Pitu ada patung yang didatangkan dari Solo. Dan kata penduduk setempat pada saat malam Jumat Kliwon ada ular raksasa muncul di tengah malam, dan kalau ular itu berganti kulit yang penduduk Kaligua lihat hanya berbentuk sebuah jamur. Kalau kita makan kita akan mati hiii…!!! Serem banget ogah ah mati soalnya aku belum nikah hehehe…kembali ke teks.
Goa Jepang, kalau kita mau ke Goa Jepang, kita akan melewati Tuk Bening, di depan Goa Jepang ada juru kuncinya yang bisa mengantarkan pengunjung ke dalam. Saat kita masuk, di depan kita hanya kegelapan yang tampak, hanya diterangi dengan lampu petromaks saja. Jangan coba-coba masuk sendiri soalnya kita bisa tersesat . Jalan di dalam goa berliku-liku. Di dalam goa juga ada bekas penjara Jepang, ruang pembantaian, sarang walet dan lain-lain. Setelah ke Goa Jepang kita menuju ke Puncak Sakup.
Dari Puncak Sakup kita bisa melihat pemandangan yang sangat indah. Kita bisa melihat gunung Slamet dengan jelas.Di atas sana seakan-akan kita berada di lautan teh yang sangat luas. Suasana di sana sejuk sekali. Puncak Sakup adalah puncak paling tinggi di Kaligua.
Sekarang kita menuju Puncak Asoka. Dari sana kita bisa melihat desa-desa yang ada di sana. Di antaranya Kampung Timur, Kampung Barat, dan sekitarnya.
Yooo….Sekarang kita ke Puncak Ambar, di sana hampir tidak ada pengunjungnya karena jalannya berliku-liku, jauh, tetapi ketika sudah sampai di Puncak Ambar, suasananya tidak jauh dari Puncak Asoka. Di puncak Ambar terdapat Goa Angin, konon katanya di puncak Ambar sesekali ada angin yang bertiup kencang dari dalam Goa Angin. Dari mulut goa, lubang untuk masuk ke dalam sangat sempit, namun semakin ke dalam semakin lebar lubangnya.
Di Kaligua lingkungannya sangat baersih dan sangat tertata rapi.Di sana juga banyak yang menanam tanaman hias, pemandangannya indah, orang-orangnya ramah-ramah. Kalau sudah kesana sekali saja pasti akan ketagihan dech…..!!!
Oleh:Elly Budi Asih
Kelas: IX C
http://smp2talun.wordpress.com/2008/08/30/wisata-agro-kaligua/

KEPERCAYAAN MASYARAKAT DESA PANDANSARI KECAMATAN PAGUYANGAN KABUPATEN BREBES TERHADAP TEMPAT KERAMAT TELAGA RANJENG DITINJAU DARI PENDIDIKAN ISLAM

Penulis. Khamim
Umat Islam Indonesia sebagai penganut agama Islam terbesar di dunia maka seharusnya sebagian besar penduduknya hidup dengan sistem dan ajaran-ajaran Islam. Pada tahun 1972 saja ketika jumlah pendudukan Indonesia berjumlah 120 juta orang, terhitung 90% penduduknya beragama Islam..” 1
Sebagai generasi Islam yang hidup sekian abad dari wafatnya Nabi Muhammad SAW, tentulah banyak terjadi perubahan-perubahan yang harus dihadapi sebagai suatu kenyataan, baik perubahan yang bersifat menyempurnakan maupun perubahan-perubahan yang harus dihadapi sebagai suatu kenyataan, baik perubahan yang bersifat menyempurnakan maupun perubahan yang justru menyimpang dari ajaran Islam yang sebenarnya. Akibat perubahan yang disebabkan oleh lamanya tenggang waktu antara sumber ajaran Islam dengan diterimanya ajaran Islam tersebut oleh pemeluk, maka hal ini akan berpengaruh juga pada sistem kehidupan masyarakat terutama dalam masalah kebudayaan. Apalagi masuknya Islam di Indonesia didahului oleh agama lain seperti Hindu, Budha dan aliran Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Padahal masing-masing agama dan kepercayaan tersebut memiliki keyakinan dan ajaran sendiri-sendiri yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnyaSetelah masuknya Islam, orang yang masuk Islam sebagai generasi pertama dijamannya saja masih banyak yang belum bisa meninggalkan tradisi kebudayaannya, dengan alasan melestarikan tradisi nenek moyang. Sedangkan lagi mereka yang belum bisa menerima Islam sebagai agama tetap bertahan dengan keyakinan dan tradisi dan mewariskan kepada tradisi berikutnya.
Kedamaian, “atau dapat dikatakan bahwa Islam adalah keadaan yang sehat atau keadaan yang alamiah seperti ketika Tuhan (Al-Ilah, Allah, secara literal “Tuhan”) pertama kali menciptakan manusia dan alam semesta”. 2
Manusia kemudian mencari Tuhan dalam bentuk lain melalui kemampuan otaknya dalam berfikir. Kemudian manusia berkeyakinan bahwa ada tempat-tempat dan benda tertentu yang ditunggu oleh roh-roh halus yang mempunyai kemampuan untuk diminta pertolongan. Adapun orang yang beranggapan bahwa roh nenek moyang yang sudah meninggal akan menjaga keturunannya jika dimintai. Setelah munculnya kepercayaan seperti disebut dengan animisme dan dinamisme. Setelah munculnya kepercayaan tersebut maka muncullah tempat-tempat yang dianggap keramat yang harus dijaga kesakralannya, misalnya dengan cara memberi sesajen dan sesembahan kepada penunggunya.
Kemudian kepercayaan terwarisi kepada keturunannya dari zaman ke zaman hingga sekarang. Walaupun ketika Islam masuk ke wilayah Indonesia, kepercayaan animisme dan dinamisme ini tidak seluruhnya dapat dihilangkan. Bahkan dengan semakin meningkatnya nilai kehidupan manusia dan perkembangan teknologi modern yang begitu pesat nilai-nilai spiritual ini tidak luntur, dan kemudian dapat dikemas sebagai obyek pariwisata dan pemberian embel-embel adat istiadat kebudayaan Indonesia.
Keyakinan semacam itu tidak hanya bertentangan dengan ajaran Agama Islam tetapi juga bertentangan dengan Pancasila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa” dan UUD 1945 pasal 29 ayat 1 :
“Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa”. 3
Berangkat dari pemikiran tersebut di atas, di Desa Pandansari Kecamatan Paguyangan Kabupaten Brebes yang dijadikan sebagai tempat atau lokasi penelitian dalam penulisan skripsi ini juga terdapat sebuah tempat yang dianggap keramat oleh masyarakat setempat. Tempat keramat yang dimaksud berupa sebuah telaga yang diberi nama “Telaga Ranjeng”.
Telaga Ranjeng termasuk salah satu cagar alam yang dilindungi oleh pemerintah dengan undang-undang sehingga semua orang dilarang mengambil atau melakukan kegiatan apapun yang dapat merusak tempat tersebut. Ketakutan masyarakat setempat untuk berbuat pelanggaran di tempat tersebut bukan hanya tempat tersebut dilindungi oleh pemerintah tapi karena mereka juga punya keyakinan bahwa telaga tersebut mempunyai kekuatan-kekuatan tertentu yang sangat ditakuti oleh masyarakat setempat.
Berangkat dari pemikiran tersebut di atas, maka penulis mencoba mengadakan penelitian tentang “Kepercayaan Masyarakat Desa Pandansari Kecamatan Paguyangan Kabupaten Brebes Terhadap Tempat Keramat Telaga Ranjeng Ditinjau Dari Pendidikan Islam”.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut :
Bagaimana bentuk kepercayaan masyarakat Desa Pandansari Kecamatan Paguyangan Kabupaten Brebes terhadap tempat keramat Telaga Ranjeng?.
Bagaimana Analisis Pendidikan Islam terhadap bentuk kepercayaan masyarakat Desa Pandansari Kecamatan Paguyangan Kabupaten Brebes terhadap tempat keramat Telaga Ranjeng ?.
http://satria91.wordpress.com/

Pentas Ronggeng di Kebun Teh Kaligua

Posted June 25, 2008 by satria91
Categories: Potensi Wisata di Bumiayu
Pentas Ronggeng di Kebun Teh Kaligua Brebes,Digelar Setiap Tahun sejak 1901

”RICIK krumicik grimise wis teka, sedhela maning bapake wis teka, inyong kaget aduh rika mbekta napa, bungkusan petak iku isine apa”.

Lagu ricik-ricik Banyumasan itu terdengar merdu memecahkan hawa dingin di kompleks Pabrik Teh Kaligua, Desa Pandansari, Kecamatan Paguyangan, Brebes. Seiring nyanyian itu, muncul tiga penari Ronggeng sebagai pertanda dimulainya acara. Sementara, ratusan pekerja perkebunan teh di barat kaki Gunung Slamet, yang semula terdiam mendadak bangkit.

Pandangan mereka langsung tertuju kepada para penari. Sejurus kemudian, tiga penari dari grup Langen Budaya, Jatilawang, Banyumas itu beraksi. Gerak tari mereka begitu lincah, diiringi alat musik gamelan khas Banyumasan. Hama dingin yang terasa hingga tulang bagai hilang seketika.

Suasana semakin hangat ketika beberapa penonton berebut memberi saweran agar bisa menari bersama. Pergelaran kesenian Ronggeng di Pabrik Teh Kaligua itu sudah menjadi tradisi sejak ratusan tahun lalu. Ia digelar di setiap peringatan berdirinya Teh Hitam Kebun Kaligua pada 1 Juni, seperti yang dilaksanakan, Minggu (1/6) lalu.

Bagi para pekerja perkebunan teh, kesenian itu ternyata memiliki arti spriritual tersendiri. Tarian itu mampu membangkitkan semangat kebersamaan dan sekaligus untuk memohon keselamatan. Mereka percaya, bila kesenian tersebut tidak digelar, akan terjadi petaka di pabrik.

Yang unik, pergelaran Ronggeng harus dilaksanakan di dalam pabrik dan grup penari harus berasal dari Jatilawang, Banyumas. Bila tidak, maka sesuatu masalah bisa terjadi dan akan merugikan pekerja.

”Kesenian ini bagi kami wajib digelar setiap tahun. Seluruh pekerja di sini percaya, tarian Ronggeng akan membawa berkah dan membangkitkan semangat bekerja,” ungkap Karyoto (45), salah satu mandor.

Hilangkan Capai
Dia menuturkan, suatu ketika acara itu digelar dengan penari bukan dari Jatilawang dan dilaksanakan di luar pabrik. Akibatnya, mesin pabrik mendadak rusak dan tidak bisa berproduksi.

Tradisi Ronggeng mulai muncul di Perkebunan Teh Kaligua sekitar tahun 1901. Itu untuk menghibur pekerja yang menggotong mesin ketel uap. Mesin tersebut dibawa ke pabrik dengan berjalan kaki menempuh jarak 15 kilometer dalam waktu 20 hari. Selama perjalanan, pekerja diikuti satu grup Ronggeng.
Setiap kali istirahat, mereka menghibur para penggotong mesin agar rasa capainya hilang.

”Berawal dari itulah tari Ronggeng kami adakan setiap tahun,” terang Administratur PT Perkebunan Nusantara IX Kebun Teh Kaligua, Tri Hartono BSc.
Di luar itu, lanjut dia, kesenian tersebut diyakini pekerja memiliki nilai spiritual. Jika tak dilaksanakan, pekerja merasa khawatir dan tidak nyaman dalam bertugas. Selain itu, kegiatan tersebut juga untuk menjaga kelestarian budaya tradisional.Cyber
Comments: Be the first to comment
http://satria91.wordpress.com/

Kaligua High Land

Mengikuti perjalanan muhibah sambil rekreasi ok juga terutama karena gratis :) Kali ini perjalanan menuju dua daerah unik: Kaligua dan Nusa Kambangan.

Kaligua berada di kabupaten Brebes, sekitar tujuh jam perjalanan darat dari Jogja. Ketinggian 1750m diatas permukaan laut. Merupakan daerah lereng Gunung Slamet di Jawa Tengah. Berhawa cukup dingin, puncak kebun ini mencapai 2050m, ideal for high land tea, for teakwalk & for mind refreshment. Suhu berkisar dari 10-20 derajat celcius jadi bisa dibayangkan bagaimana rasanya air, mandi & tidur mesti diperhitungkan dengan baik kalau nggak mau "kedingingan" :-)

Meski hanya sehari cukuplah untuk merasakan bagaimana kehidupan disana. Di remote area ini ternyata ada beberapa blok perumahan penduduk atau karyawan kebun. Jalan masuknya naik sepanjang tujuh belas km relatif sepi karena melewati hutan lindung milik perhutani, jadi tak mungkin ada banyak kegiatan pada jalur ini.

Ini memang tempat ideal sebagai remote area, mungkin di beberapa lokasi saja bisa digunakan untuk hunian dan kegiatan perkonomian. Penduduk sekitar relatif jarang turun gunung mengingat jarak dan jalan yang tidak mudah. Sebelum mencapai Kaligua, nampak pula sebuah perusahaan perkebunan Zeta Agro. Selain itu terlewati Telaga Ranjeng yang indah dan alami, ceritanya ada ribuan ikan lele disana, masih dalam kawasan hutan lindung.

Hutan Kaligua mulanya dibuka untuk kebun teh karena udara dingin cocok untuk tanaman teh. Kemudian didirikan pabrik teh untuk memproses langsung hasil perkebunan menjadi teh hitam. Konon ceritanya lokasi kebun ini ditemukan oleh warga Belanda bernama Van De Jong pada masa kolonial tahun 1889. Peralatan turbin dibawa dengan rombongan pekerja yang berjalan kaki naik sepanjang 17 km. Sebagai penghargaan makam Van De Jong masih terawat sampai saat ini di lokasi kebun Kaligua.

Saat ini Kaligua berada dibawah pengelolaan perusahaan perkebunan Nusantara-9 yang berpusat di Semarang. Karena potensi keindahan, kesejukan dan kealamiahan membuat lokasi ini cocok sebagai tempat relaksasi.

Puncak Sakub yang tertinggi di kebun ini (2050m), bisa ditempuh sekitar satu jam dengan jalan kaki dari Kaligua, sayangnya belum punya banyak kesempatan, jadi hanya sempat mengunjungi Goa Jepang dan Tuk Bening.

Goa Jepang lumayan panjang, plafonnya rendah sehingga akupun harus membungkuk, mungkin orang Jepang jaman dahulu pendek? :-P Goa ini berliku-liku gelap dan tersembunyi dibawah kebun teh. Kelebihannya adalah adanya ventilasi sehingga persediaan oksigen cukup banyak.

Di Tuk Bening, sempat minum air yang mengalir jatuh langsung dari mata air pegunungan: air mineral segar yang pas dinginnya.

Sinyal GSM blank karena jauh dari BTS dan banyak halangan pegunungan. Tapi sebenarnya dengan penambahan satu BTS di puncak akan cukup membantu dan potensial membawa banyak costumer baru, mengingat beberapa lokasi penduduk berada disana. Ini masukan buat operator :p

Biasanya lokasi-lokasi alamiah seperti ini, bila sudah banyak penunjung maka keindahan dan kelestariannya terganggu, seperti banyaknya sampah, rusaknya mata air, polusi air dan udara yang meningkat. Tetapi karena masih dalam daerah tertutup dan tidak bisa sembarang orang masuk, justru cukup membantu menjaga kealamiahan tempat ini.

Semoga pengelolaan yang baik tidak sekedar baik secara ekonomis tetapi juga secara ekologis sehingga keaslian, keasrian dan kelestarian alam bisa dipertahankan sepanjang masa. Beruntunglah kita yang masih bisa merasakan kondisi alamiah bumi ini, sebaliknya kita akan merugi karena tidak bisa merasakan alam asli di bumi ini bila kelestariannya tidak terjaga.

Sebagai pelengkap yang belum terlupakan adalah tampilnya Indah, Diana & Yopie meski dari daerah yang jauh dari moderniasasi, tetapi mereka berhasil sebagai musisi entertainer yang memukau & optimal. Ojo dumeh wong Bumiayu... :-)
mrc05.blogspot.com/2005/09/kaligua-high-land.html

Kaligua High Land

Mengikuti perjalanan muhibah sambil rekreasi ok juga terutama karena gratis :) Kali ini perjalanan menuju dua daerah unik: Kaligua dan Nusa Kambangan.

Kaligua berada di kabupaten Brebes, sekitar tujuh jam perjalanan darat dari Jogja. Ketinggian 1750m diatas permukaan laut. Merupakan daerah lereng Gunung Slamet di Jawa Tengah. Berhawa cukup dingin, puncak kebun ini mencapai 2050m, ideal for high land tea, for teakwalk & for mind refreshment. Suhu berkisar dari 10-20 derajat celcius jadi bisa dibayangkan bagaimana rasanya air, mandi & tidur mesti diperhitungkan dengan baik kalau nggak mau "kedingingan" :-)

Meski hanya sehari cukuplah untuk merasakan bagaimana kehidupan disana. Di remote area ini ternyata ada beberapa blok perumahan penduduk atau karyawan kebun. Jalan masuknya naik sepanjang tujuh belas km relatif sepi karena melewati hutan lindung milik perhutani, jadi tak mungkin ada banyak kegiatan pada jalur ini.

Ini memang tempat ideal sebagai remote area, mungkin di beberapa lokasi saja bisa digunakan untuk hunian dan kegiatan perkonomian. Penduduk sekitar relatif jarang turun gunung mengingat jarak dan jalan yang tidak mudah. Sebelum mencapai Kaligua, nampak pula sebuah perusahaan perkebunan Zeta Agro. Selain itu terlewati Telaga Ranjeng yang indah dan alami, ceritanya ada ribuan ikan lele disana, masih dalam kawasan hutan lindung.

Hutan Kaligua mulanya dibuka untuk kebun teh karena udara dingin cocok untuk tanaman teh. Kemudian didirikan pabrik teh untuk memproses langsung hasil perkebunan menjadi teh hitam. Konon ceritanya lokasi kebun ini ditemukan oleh warga Belanda bernama Van De Jong pada masa kolonial tahun 1889. Peralatan turbin dibawa dengan rombongan pekerja yang berjalan kaki naik sepanjang 17 km. Sebagai penghargaan makam Van De Jong masih terawat sampai saat ini di lokasi kebun Kaligua.

Saat ini Kaligua berada dibawah pengelolaan perusahaan perkebunan Nusantara-9 yang berpusat di Semarang. Karena potensi keindahan, kesejukan dan kealamiahan membuat lokasi ini cocok sebagai tempat relaksasi.

Puncak Sakub yang tertinggi di kebun ini (2050m), bisa ditempuh sekitar satu jam dengan jalan kaki dari Kaligua, sayangnya belum punya banyak kesempatan, jadi hanya sempat mengunjungi Goa Jepang dan Tuk Bening.

Goa Jepang lumayan panjang, plafonnya rendah sehingga akupun harus membungkuk, mungkin orang Jepang jaman dahulu pendek? :-P Goa ini berliku-liku gelap dan tersembunyi dibawah kebun teh. Kelebihannya adalah adanya ventilasi sehingga persediaan oksigen cukup banyak.

Di Tuk Bening, sempat minum air yang mengalir jatuh langsung dari mata air pegunungan: air mineral segar yang pas dinginnya.

Sinyal GSM blank karena jauh dari BTS dan banyak halangan pegunungan. Tapi sebenarnya dengan penambahan satu BTS di puncak akan cukup membantu dan potensial membawa banyak costumer baru, mengingat beberapa lokasi penduduk berada disana. Ini masukan buat operator :p

Biasanya lokasi-lokasi alamiah seperti ini, bila sudah banyak penunjung maka keindahan dan kelestariannya terganggu, seperti banyaknya sampah, rusaknya mata air, polusi air dan udara yang meningkat. Tetapi karena masih dalam daerah tertutup dan tidak bisa sembarang orang masuk, justru cukup membantu menjaga kealamiahan tempat ini.

Semoga pengelolaan yang baik tidak sekedar baik secara ekonomis tetapi juga secara ekologis sehingga keaslian, keasrian dan kelestarian alam bisa dipertahankan sepanjang masa. Beruntunglah kita yang masih bisa merasakan kondisi alamiah bumi ini, sebaliknya kita akan merugi karena tidak bisa merasakan alam asli di bumi ini bila kelestariannya tidak terjaga.

Sebagai pelengkap yang belum terlupakan adalah tampilnya Indah, Diana & Yopie meski dari daerah yang jauh dari moderniasasi, tetapi mereka berhasil sebagai musisi entertainer yang memukau & optimal. Ojo dumeh wong Bumiayu... :-)
mrc05.blogspot.com/2005/09/kaligua-high-land.html

Kaligua Berkembang Jika Dikelola Profesional

Salah satu surga dunia di Kabupaten Brebes yang belum terjamah adalah Obyek Wisata Kebun Teh Kaligua di Kecamatan Paguyangan. Pemandangan alamnya yang luar biasa dan udaranya yang sejuk, menjadi daya tarik para pengunjung yang menginginkan refreshing di daerah pegunungan. Sejumlah orang yang datang ke lokasi itu pun merasa kerasan dan berjanji akan datang kembali suatu saat nanti.
Di Kaligua tidak hanya menjual pemandangan kebun teh yang menghampar saja, tetapi juga ada sejumlah tempat yang layak dikunjungi. Diantaranya Gua Jepang, yang merupakan salah satu situs sejarah di kompleks PTP Perkebunan Nusantara IX tersebut. Juga ada Tuk Bening, salah satu sumber air yang dipercaya memiliki khasiat untuk awet muda. Tuk Bening itu juga pernah didatangi Susilo Bambang Yudhoyono menjelang Pilpres 2004 lalu. Juga ada lokasi out bound dan makam Van de Jong, pendiri Kebuh Teh Kaligua dan puncak Gunung Sakub setinggi 2050 meter dari permukaan laut serta sarana lainnya yang masih terus dikembangkan pihak pengelola.
Salah satu pengunjung yang terkesima dengan keelokan alam pegunungan Kaligua adalah Walikota Tegal Terpilih H Ikmal jaya SE Ak. Dia yang mengunjungi Kaligua pada Sabtu (17/1) lalu bersama sejumlah rekan dan sejawatnya, diantaranya GM Riez Hotel Saunan Rasyid, GM Hotel Alexander Ibu Dian, Kepala Seksi Akuntansi Bank Jateng Rini Angraeni SE, pengamat budaya Pantura Drs Atmo Tan Sidik beserta keluarganya masing-masing. Bahkan Mardiyanto, sebelum menjadi Mendagri menyempatkan diri secara khusus untuk datang ke Kaligua karena penasaran akan cerita keindahannya.
Menurut Ikmal, OW Kaligua ini mempunyai potensi untuk dikembangkan lebih maju lagi jika dikelola dengan profesional. Dimana pengelolaan manajemen dan pelayanan jasanya lebih ditingkatkan lagi untuk menarik minat pengunjung yang ada. Apalagi lokasi tersebut berada di tengah sejumlah kabupaten, tidak hanya Brebes saja, tapi juga di sekitarnya seperti Kota Tegal, Kabupaten Tegal, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Cilacap, dan daerah lainnya, termasuk Semarang, Cirebon dan Jakarta.
"Kaligua sangat potensial untuk dikembangkan lagi dengan syarat dikelola dengan manajemen yang profesional. Di situ semuanya layak jual, karena saya sendiri merasakan betah di kawasan seperti ini," ujarnya.
Menurutnya, pengembangan potensi pariwisata di Kaligua itu sangat banyak dilakukan, mulai dari pengembangan jasa transportasi, pemasaran produk lokal, dan suvenir khas Brebes yang cukup banyak. Apalagi sekarang ini jalan yang menuju ke lokasi Kaligua sudah cukup bagus, sehingga tinggal mengembangkan sejumlah fasilitas lain yang diperlukan pengunjung. Selain itu, promosi kepada masyarakat juga sangat diperlukan, agar yang belum tahu jadi tahu dan penasaran untuk datang ke Kaligua.
"Karena yang sudah datang, pasti akan ketagihan untuk datang lagi," ujarnya menambahkan.
Ny Hj Rosalina, istri H Imal Jaya pun mengakui jika Kligua sangat menyenangkan dan rekreatif. Dia yang turut serta membawa anaknya itu mengaku dapat melepas kepenatannya di tengah kesibukannya setiap hari. "Its very beatiful and amazing," katanya.


Sumber : Radar Tegal

Keindahan di Kaki Gunung Slamet

Objek agrowisata Kaligua terletak di kabupaten Brebes tepatnya di kecamatan Paguyangan Desa Pandansari.Agrowisata kaligua berada di ketinggian ±900 m dpl sehingga tak heran jika sepanjang hari daerah ini penuh kabut dan mempunyai curah hujan yang tinggi.untuk mencapai daerah ini pengunjung harus menempuh perjalanan sekitar 15 km dari kota Bumiayu atau 10 km dari Paguyangan.untuk mencapai objek ini pengunjung harus bersabar dan jangan terburu-buru karena disamping menanjak dan berkelok kelok,jalan yang harus ditempuh sebagian masih kurang bersahabat karena rusak.tetapi bagi petualang sejati tak jadi masalah, malah merupakan menjadi tantangan tersendiri yang mengasyikan.

Di sepanjang perjalanan kita akan disuguhi pemandangan panorama perbukitan yang menawan dibumbui hamparan tanaman sayur-sayuran milik penduduk yang menggambarkan sebuah daerah agraris yang penuh ketenangan.

AGROWISATA KALIGUA merupakan hamparan luas dari sebuah perkebunan teh milik PTP Nusantara IX (Persero) salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang menguasai hajat hidup orang banyak, terutama masyarakat Desa Kaligua, yang mayoritas berpencaharian sebagai pegawai dan buruh di perkebunan teh PT(Persero)Perkebunan Nusantara IX .

Agrowisata kebun teh kaligua bukan sekedar hamparan kebun teh yang luas, tetapi juga memiliki beberapa objek yang perlu dikunjungi, antara lain:

1. Petilasan Nyi Ronggeng

Petilasan Nyi Ronggeng merupakan objek wisata yang pertama kali dapat dijumpai karena jaraknya yang cukup dekat dari pintu masuk utama, sekitar 100 meter petilasan Nyi Ronggeng merupakan sebuah gubuk yang di dalamnya terdapat sebuah patung wanita yang sangat cantik dan dikelilingi oleh pepohonan yang rindang sehingga terkesan sejuk. Kebersihan objek wisata ini sangat terawat menambah pesona keindahan yang alami.

Petilasan Nyi Ronggeng menjumpai sejarah yang tidak semua orang mengetahuinya. Dahulu, pada masa pendudukan Belanda di Indonesia ada sebuah perkebunan teh yang cukup luas dan mempekerjakan ratusan orang. Dari ratusan pekerja ada seorang pekerja yang sangat rajin, dia selalu bernyanyi ketika sedang bekerja da perkebunan. Van De Djong seorang Belanda, pemilik serta pendiri perkebunan teh, mendengar berita tersebut Van De Djong akhirnya memerintahkan pekerja wanita tersebut untuk menghibur para pekerja dengan bernyanyi pada tiap malam, para pekerja menyebutnya dengan sebutan ronggeng, untuk mengenang pengabdiannya penduduk setempat membangun gubuk dengan sebuah patung wanita di dalamnya. Sekarang tempat tersebut dinamakan petilasan Nyi Ronggeng.

2. Pertapaan gua barat

Gua barat berada di bawah pepohonan yang rimbun, di dalam rombunan itu nampak celah sempit yang merupakan mulut gua di antara bebatuan besar, gua barat merupakangua yang alamiah, menurut penuturan salah seorang warga setempat gua barat terbentuk karena adanya angin yang cukup kencang yang berputar di satu tempat di bagian barat sehingga menimbulkan lubang yang cukup dalam.

Untuk masuk ke gua barat dibutuhkan tali yang cukup kuat dan di ikat vertikal, kegiatan ini berisiko tinggi dan tidak sembarang orang bisa masuk ke dalam. Maka untuk mengurangi resiko, pengunjung yang ingin turun ke gua harus satu persatu. Ada keistimewaan dari gua barat yaitu di dalamnya relung yang sangat luas dan di dasar gua dapat dirasakan hembusan angin yang tidak tahu dari mana asalnya.

3. Makam Van De Djong

Makam Van De Djong merupakan sabuah makam yang di keramatkan oleh masyarakat desa setempat, makam tersebut cukup bersih dan terawat dengan baik. Sebenarnya jasad Makam Van De Djong tidak dikubur di tempat ini, tetapi makam ini dibangun oleh warga sebagai simbolisasi untuk mengenang jasadnya. Makam mbah De Djong begitu warga setempat ini menyebutnya, tidak ada yang istimewa dari makam ini, namun orang yang disebut mbah De Djong inilah yang istimewa. Di sekeliling pemakaman terdapat beberapa pohon cemara dan beringin yang rindang dan ukurannya cukup besar.

Van De Djong adalah orang Belanda yang beragama Islam, dia membangun perkebunan teh yang dulunya adalah hutan belantara yang tak seorang pun berani memasukinya. Dengan penuh perjuangan dia membangun lahan seluas 600 hektar itu menjadi perkebunan teh yang subur, tidak hanya membangun perkebunan teh, dia juga membangun pabrik yang dinamakan dengan pabrik teh hitam, yang sekarang berkembang dengan sangat pesat.

4. Makam Mbah Djoko

Makam Mbah Djoko makam peninggalan sejarah yang terdapat di obyek wisata agro Kaligua yaitu makam mbah djoko. Makam ini letaknya cukup jauh dari pintu masuk utama sekitar 500 m, makam ini merupakan tempat dikuburkannya para biksu yang mengajarkan agama Budha pada masyarakat Kaligua pada masa pendudukan Jepang.

Pemberian nama Mbah Djoko pada para biksu dikarenakan biksu tersebut hidup membujang, tidak menikah sehingga disebut djoko oleh masyarakat Jawa atau lebih dikenal dengan sebutan mbah djoko. Warga masyarakat mengeramatkan makam ini, dan selalu memberi sesajen serta membakar dupa untuk kemudian diletakkan di makam Mbah Djoko sebagai penghormatan.

5. Gardu Pandang Tarwuh dan Gardu Pandang Sakub

Gardu Pandang tarwuh dan gardu pandang sakub merupakan tempat yang cukup tinggi di antara obyek wisata yang ada di Kaligua. Gardu Pandang sakub terletak di sebelah utara ujung timur, tepatnya di timur laut dengan ketinggian mencapai 2050 meter di atas permukaan air laut, sedangkan gardu pandang tarwuh terletak di sebelah selatan dari perkebunan teh. Gardu Pandang tarwuh lebih rendah bila dibandingkan dengan gardu pandang sakub, namun keindahan kedua tempat tersebut tidak jauh berbeda.

Pemandangan yang di tampakan oleh dua tempat ini cukup indah dan memesona, luas perkebunan dan hijaunya teh yang siap panen serta hawa dingin yang merasuk sampai ke tulang membuat dua obyek wisata ini selalu menjadi tujuan bagi para pengunjung dan kedua gardu ini dapat memperlihatkan seluruh obyek wisata yang ada di sekitar Kaligua.

6. Pabrik teh hitam

Pabrik teh hitam adalah sebuah pabrik teh terbesar di Kaligua yang menggunakan peralatan mesin kuno namun kualitasnya tetap bagus dan mesin cukup terawat sehingga kelayakannya terjamin. Lokasinya berada di tengah pemukiman penduduk yang ramah dan tenaga kerja yang profesional.

Pabrik ini dibangun pada tahun 1889 oleh Van De Djong pada masa penjajahan Belanda. Van de djong membawa bendera perusahaan bernama Van Jhon Pletan sebagai 60 perwakilan NN Culture Under Neming Belanda di Indonesia, tepat pada tanggal 1 juni 1889 sebuah perkebunan teh dan pabrik teh hitam resmi berdiri, untuk merayakan keberhasilannya Van de Djong mengadakan pesta dengan mengundang sebuah grup ronggeng, setiap malam kesenian ronggeng selalu menghibur masyarakat, kemudian untuk mengenang peristiwa itu setiap tanggal 1 Juni masyarakat Kaligua selalu mengadakan pentas seni tradisional.

7. Sumber mata air Tuk Bening

Sebuah sumber mata air yang sangat bersih dan mengalir cukup deras menuju sebuah kolam dari sumber mata air dinamakan tuk bening, sedangkan aliran tersebut dinamakan tuk Sidayu. Ada beberapa kepercayaan mengenai sumber mata air yang sangat bening, sehingga di keramat dan melalui juru kunci Mbah Sanurtam beberapa orang dari berbagai daerah meminta untuk dimandikan dengan dibacakan mantra, air dari sumber mata air ini memiliki beberapa khasiat antara lain untuk obat awet muda, cepat mendapat jodoh, agar naik jabatan untuk ilmu pelet dan sebagainya.

Dari beberapa orang yang dimandikan oleh Mbah Sanurtam ada yang ingin sukses dan naik jabatan dengan cepat, menurut penuturan Mbah Sanurtam, air tuk bening sangat manjur dan berkhasiat.

8. Gua Jepang

Merupakan gua peninggalan Jepang dengan ukuran panjang 1 km dan lebar 1,5 meter perkebunan teh yang cukup luas di sebelah timur, tampak mulut gua, tidak sulit untuk menemukan gua Jepang, karena terdapat papan penunjuk arah yang akan menuntun kita menuju tempat ini.

Gua Jepang dibangun pada tahun 1941 hingga 1942 oleh Jepang dengan mempekerjakan masyarakat setempat. Jepang mewajibkan perwakilan pemuda dari desa terdekat untuk membangun gua, kerja paksa tersebut dinamakan dengan Romusha. Pemuda yang diwajibkan Romusha antara lain dari desa Kaligua, Kalikidang, Gronggongan, Taman, dan Pandansari. Pekerjaan ini sangat melelahkan dan imbalannya tidak sebanding dengan keringat yang diteteskan. Mereka hanya dibayar 5 sen sehari, tanpa makan dan minum bahkan tidak ada waktu istirahat.

Gua Jepang dibangun dengan tujuan untuk melindungi Jepang dari serangan musuh. Selain membangun gua, Jepang juga melakukan kegiatan semacam perdagangan yang disebut Delimit. Delimit adalah pembelian barang dari para petani dengan harga yang sangat murah. Para petani dipaksa untuk menjual hasil panen kepada Jepang dengan harga yang sudah ditentukan oleh pihak Jepang. Delimit ini sangat merugikan bagi para petani. Hasil panen yang sudah dibeli dengan cara delimit ditimbun oleh Jepang di dalam gua sebagai cadangan makanan jika sewaktu-waktu musuh menyerang.

Setelah Indonesia merdeka, kemudian timbunan makanan dan pakaian di dalam gua diambil para petani yang sudah dirugikan. Untuk mengenang tersebut warga setempat menjaga keutuhan gua tersebut, dan hingga sekarang masih berdiri kokoh dan dinamakan Gua Jepang. Sekarang tempat tersebut menjadi salah satu obyek wisata di Kaligua. Jika ada pengunjung yang ingin masuk ke dalam gua harus diantar oleh seorang pemandu.

9. Telaga Ranjeng

Telaga Ranjeng adalah satu-satunya obyek wisata yang berada di luar kawasan obyek agrowisata Kaligua, tetapi jaraknya tidak terlalu jauh sekitar 1 km. Obyek wisata ini merupakan sebuah danau yang sangat luas, luasnya sekitar 1600 m2 dan sangat dalam, sehingga airnya sangat tenang, selain ini di tepi danau juga ada sebuah tempat, semacam kubangan air yang berisi ratusan ikan lele yang memadatinya.
Obyek wisata ini adalah obyek wisata yang sangat misterius karena terdapat kejadian-kejadian yang takhayul sering terjadi di sini, seperti ribuan ikan lele ukuran kerdil yang aneh. Konon jika ada orang yang mengambil lele di tempat ini maka dia akan mendapat musibah di kemudian hari. Selain itu telaga atau danau itu sendiri juga sangat misterius karena tidak ada satu pun perahu yang berada di danau ini, justru karena kemisteriusan tempat inilah yang menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung yang hendak berlibur, karena suasana di telaga ini sangat tenang, damai dan udara yang sangat sejuk, serta kabut tebal yang menyelimuti telaga seakan membuat jiwa kita tenteram berada di tempat ini.

http://ahmadreza89.wordpress.com/2009

NEGERI DI ATAS AWAN

Kaligua adalah kepingan kisah yang teruntai di negeri yang berselimut kabut. Keindahan alamnya adalah anugerah sang penguasa semesta. Semoga beberapa tulisan mengenai Kaligua dan sekitarnya menjadi referensi bagi pengunjung. Mohon izin pencantuman dan terima kasih atas artikel yang dimuat di blog ini